Monday, 4 February 2013

Aku Percaya


“Kapankah aku bisa mulai mempercayain manusia lagi ?. Hidup ku berlangsung terlalu sempurna, aku kaya ;pintar ;juga populer di kalangan guru dan mungkin hal itu membuat beberapa orang mulai membenci ku. Hal yang kuanggap biasa itu ,berubah menjadi lebih besar dari yang kuduga dan berakhir dengan 3 tahun hidupku menjadi pusat pembullyingan orang-orang.
            Saat itu aku menyadari satu hal ,aku sendirian. Tak ada satupun yang dapat kujadikan pegangan ,perlindungan bahkan seorang guru sekalipun. Aku yang telah lama kehilangan figur orang tua ,tak lagi mengenal emosi. Bahkan menangis yang sudah menjadi hal maklum bagi seorang gadis seperti ku pun tak bisa ku mengerti ,yang muncul hanya lah apa kan ada yang akan mendengar tangisan ini.”
            “Hei Rena kau nulis apa sih ?”tanya Rama penasaran. Saudara kembarku satu ini memang cukup menjengkelkan ,sepertinya sudah menjadi agenda hariannya mengganggu ku. Halah aku terbiasa dengan sifat keingin tahuannya yang besar dan kunjung membuat ku ingin memukulnya.
            “Kau ngapain disini sih ?,Aku muak melihat wajahmu itu,”omel ku sambil menutup file rahasia yang menjadi satu-satunya pencurahan emosi.
            “Yah kau jahat amat sih sama adek mu yang manis ini ,aku Cuma khawatir kalo kakak ku yang cantik ini di godain sama cowok brandalan,”jawab Rama sambil meneguk kopi ku.
            “Memang ada cowok normal yang mau sama Otaku (penyuka anime, game dan komik)kayak aku ?Kalau ngasih alasan itu yang logis dong.”Aku menyambar kopiku dan meneguknya hingga habis, lalu segera beranjak meninggalkan adik cowok kembarku itu.
            “Rena masa segitu aja marah ,tungguin aku.”
            Tiba –tiba sebuah getaran hebat membuat ku terjatuh kelantai ,saat itu terdengar pula suara ledakan dasyat mengawali nya. Bangunan mall terasa siap menjadi kepingan dan menghantam kami di dalamnya yang berteriak penuh bingung dan ketakutan. Fikiranku kosong ,hanya gemuruh ratakan bangunan yang menjadi nada ke kacauan itu. Getaran mulai mereda ,aku menggapai tangan Rama dan membawanya di sampingku.
            “A..apa itu tadi ?,”tanya Rama ketakutan ,terlihat dari genggaman tangannya yang semangkin erat.
            “Ntahlah ,gempa kali kan emang lagi sering gempa kan ?,”jawabku sekenanya.
            Ntah mengapa Rama melepaskan genggamannya, dan mulai bergerak berkeliling seperti sedang mencari sesuatu. Lalu dia mulai menyingkirkan sebuah lemari yang nampaknya menimpa seseorang, seorang itu bersusah payah keluar dari sana sambil terus mengerang kesakitan. Aku yang memang seorang introvet ,hanya menatap dingin tak perduli kearahnya. Lagi pula untuk apa aku menyelamatkan orang yang tidak aku kenal.
            “Kau gak apa-apa ?,”tanya Rama khawatir. Orang itu menoleh  dan menggeleng tegas ,dia merapatkan jaketnya dan bersandar di kaki sofa cafe.
            “Baguslah kalau kau gak apa-apa, aku akan carikan obat untuk lukamu. Rena kau mau ikut ?”
            “Enggak, ngapain bersusah payah buat orang yang gak dikenal sih. Gak ada kerjaan banget,”ujar ku ketus. Rama gak menjawab dan hanya mengisaratkan minta maaf ke cowok itu lalu segera pergi meninggalkan kami.
            “Hei kau ,asal tahu aja yah Rama itu bukan orang yang menggambil keuntungan dari orang yang terluka dengan berbuat baik, jadi gak udah kau pasang muka waspadamu itu,”ujarku.
            Cowok itu menatapku ,menampilkan warna matanya yang kecoklatan nyaris merah dengan rambut pirang dan kulit putih kemerahan yang nampak tak cocok dengan tampang indonya. Dia tersenyum menyeringai dan tertawa pelan. “Ku kira cewek introvent sepertimu tidak bisa berkata gahar kayak begitu.”
            “ Hah ?,itu ejekan kan ?. Ternyata cowok aneh kayak kamu bisa juga ngomong tajam begitu,”balas ku dengan senyuman sinis andalan yang anehnya malah membuat dia tertawa semangkin keras dan membuat ku otomatis kebingungan.
            “Wah udah akrab nih ?”sapa Rama yang sudah kembali bersama obat dan 5 orang yang penuh luka. Ini bukan suatu kejutan untuk ku yang sudah tinggal bersama Rama selama 15 tahun ,dia memiliki hobby lain selain mengganggu ku yaitu membantu orang. Selagi dia sibuk mengobati orang lain ,aku berkeliling mencari cara keluar dari gedung yang nampaknya sudah rapuh.
            “Rama...kesini. Aku udah nemuin jalan keluar dari tempat ini, mungkin agak berbahaya tapi setidaknya harus kita coba dari pada mati di tempat ini ,”panggilku menuju tempat yang cukup sepi.
            “Wah yang bener Ren, kita harus kabarin orang-orang nih ,”ujarnya bersemangat sambil beranjak mengabarkan berita baik ini. Sebelum itu aku menarik tangannya dan berbicara tegas . “Cukup Rama, aku muak dengan ke baikan mu itu. Kita aja belum tentu selamat ,bagaimana caranya kita bisa menjamin keselamatan mereka.“
            Rama melepaskan tangan ku dan tersenyum sendu,”Maaf Ren aku gak bisa nurutin kamu kali ini, aku ingin keluar bersama mereka.”Dia berbalik dan meninggalkan ku sendiri.
            “Ram....rama.......aku ingin kita selamat ram....rama dengerin aku....”Aku menarik nafas dan memutuskan hal yang mungkin akan kusesali suatu saat,”Oke...oke aku ikut kemauan kamu, tapi jangan pernah nyalahin aku kalo hal buruk nanti terjadi.”
            Cowok itu berbalik dan memberikan senyuman terbaiknya seraya memeluk ku dalam-dalam. “Makasih kakak.”Dengan semangat dia memberitahukan rencanaku yang di balas dengan ke girangan orang-orang itu.
            Setelah mengumpulkan berbagai persedian berupa makanan atau obat-obatan  dari berbagai konter yang ada di sana ,perjalanan kami dimulai. Aku yang ntah mengapa di pilih sebagai ketua ,sebisa mungkin mencari jalan aman sampai kami bisa memncapai jembatan di mall ini menuju mall sebrang yang tidak hancur. Aneh, ntah kenapa aku yang introvent merasa nyaman melakukan hal ini yang jelas bukan kebiasaan ku.
            “Hmm sepertinya ini tempat yang lumayan aman untuk istirahat, kita bisa tidur disini sebentar,”ujarku sambil melepaskan tas berat yang rasanya membuat ku lelah. Tanpa kusadari seorang wanita dan anaknya datang mendekatiku dan memeluk ku erat.
            “Terimakasih menolong kami ,aku tak tau apa jadinya jika kau tak ada,”ucapnya sambil di iyakan oleh yang lain.
 Memang apa yang kulakukan ,bukannya aku hanya menuruti Rama agar kami selamat. Cewek egois seperti ku ,gak layak untuk mendapatkan penghargaan bagai pahlawan seperti ini. Tapi kenapa perasaan aneh ini muncul ,aku ingin mereka selamat.
Tiba-tiba ledakan beserta guncangan hebat itu kembali muncul ,kali ini meruntuhkan beberapa puing gedung. Orang-orang yang tertidur langsung terbangun dan menyelamatkan diri mereka sendiri. Beberapa saat kemudian getaran itu berhenti, aku bangkit dan melihat pemandangan naas sekitar. Orang-orang yang baru saja tersenyum pada ku dan menggantungkan kehidupannya pada ku tergeletak bersimbah darah disana. Aku bingung, fikiranku kacau. Yang kutau ,aku harus mencari Rama ,aku harus menemukannya. Kalau dia menghilang aku...aku...siapa lagi yang bisa ku percaya ?
“Rama......rama.....kau dimana? Rama.....kau dimana.....”hanya kata-kata itu yang terpatri jelas di otakku ,berulang-ulang bagaikan kaset rusak. Walau tanganku rasanya mulai lelah mengorek-ngorek puing-puing itu, hanya itu yang bisa terfikir untuk ku lakukan. Rama ,aku harus menemukanmu.
“Tenanglah ....tenanglah dia pasti selamat,”ujar seseorang menenangkanku. Dia adalah cowok aneh itu ,yang menatap ku penuh iba sambil menggenggam kedua tanganku yang penuh luka.
            “Lepaskan aku ,aku gak butuh rasa prihatin mu itu. Aku harus menemukan Rama ,dia itu lemah ,aku harus melindunginya. “
Dia tetap tak menjawab atau bahkan melepaskan tangan ku ,masih dengan tatapn ibanya dia menarik ku ke suatu sisi gedung. Seseorang terbujur kaku di sana ,mersimbah darah segar yang terus keluar. Baju yang dia kenakan mengingatkan ku akan seseorang yang tak asing lagi.
“Ahahah bohong ini bukan Rama kan, gak mungkin dia semudah itu mati. Aku harus mencari Rama, dia pasti sangat ketakutan sekarang.”Ketika aku mulai beranjak pergi ,lelaki itu menarikku dan memelukku erat. Berulang kali dia berbisik dalam tangisan.
            “Sudahlah Rena....sudahlah.....relakan kepergian nya.”
“Kamu ngomong apa sih ,Rama itu belum mati. Dia itu gak mungkin mati. Dia itu ....... gak mungkin ninggalin aku sendirian huu...huuu..”Tangis ku meledak seketika ,air mata yang hampir kulupakan keluar menyeruak dengan derasnya. Aku sadar suatu saat ini mungkin terjadi , tapi sampai sekarang aku belum bisa mengatasinya,rasa sakit dari kehilangan. Berulang kali aku berbohong agar rasa sakit yang kutakutkan itu tidak datang. Siapa yang bisa ku percaya ,ketika semua orang yang berarti mulai menghilang ?
Pagi mulai datang ,memberikan harapan kehidupan  bagi orang-orang yang masih bertahan. Aku dan orang-orang itu mulai berkemas menuju jembatan penghubung yang berada di dekat kami.
            “Kalian duluan saja menyebrang ,ada yang harus ku lakukan,”printah ku sambil beranjak meninggalkan mereka yang mulai menyebrang. Aku berhenti berlari tepat di samping tubuh Rama, aku selonjorkan tubuh ku senyaman mungkin dan menggenggam tangannya yang dingin.
“Rama tugas ku udah selesai loh ,aku yakin mereka bisa sampai dengan selamat. Huh dasar kamu itu selalu nyusahin aku yah ,gak masih hidup gak udah meninggal sama aja ahaha. “ Aku behenti tertawa ,terasa rasa sakit yang sama seperti saat itu.
“Hei mungkin kau marah kalo aku melakukan ini ,tapi apa gunanya kalo aku hidup sendiri ? Dasar adik bodoh, kau tau kan aku ini gak bisa hidup tanpa mu huu...huuu”
“Ternyata benar kau di sini.” Tiba-tiba sebuah suara menyapa ku ,si cowok aneh itu tersenyum ke arah ku dan beranjak duduk di hadapanku.
“ Ngapain kau ke sini ,mengganggu sekali. Jangan-jangan kau ingin mencegahku.”
“Untuk apa ?,gak ada untungnya tuh. Aku malah ingin bergabung kok ,dan kayaknya masih ada tempat untukku.”Aku hanya tertawa melihatnya ,ada juga cowok segila ini yang minta izin untuk hal gak berguna.
“Ku beri tahu yah ,kejadian ini adalah sebuah permainan loh. Baru-baru ini aku dengar ada seseorang yang mengirimkan pemberitahuan pada polisi untuk membom mall ini. Kalau menurut perhitungan ku ,dia memasang bom di berbagai tempat dan menyalakannya 12 jam sekali. Dan sepertinya satu jam lagi akan dia nyalakan , kau gak takut.”
“Untuk apa aku takut ,toh gak ada yang sedih jika anak yatim piatu sepertiku mati,”ujarnya dingin. Aku hanya dapat mendekat kearahnya dam mengenggam tangannya, beharap keberanian ku bisa masuk padanya.  
Aku mungkin memang sudah gila ,walau tadi aku berniat menyerah kali ini aku berlari sekuat tenaga menuju jembatan yang kuharap masih ada. Lelaki aneh yang ku gandeng itu pun kebingungan ,terlihat jelas di wajahnya.
“Aku gak berniat mati sebelum kamu bahagia ,itu tujuan ku sekarang,”ujar ku menjawab kebingungannya. Hal itu memang seenaknya ,tapi bukankah dengan tujuan kita dapat di berikan semangat tambahan.
Aku sungguh terpukul melihat jembatan yang sudah runtuh, tanpa kehilangan akal aku kembali berlari ke arah atap. Mungkin masih ada harapan di sana. Ketika dalam ke kalutan itu ,cowok aneh itu terjatuh sambil meringis kesakitan.
“ Akh....aaah...sakit...kepalaku sakit”
“Ja...jangan-jangan terbentur atau pendarahan otak. Ukh....sial .”tanpa perduli apapun aku menggendong cowok itu yang mungkin lebih berat dari ku. Ini bukan saat nya mengeluh, aku harus menyelamatkannya. Berpacu dengan waktu ,menaiki tangga yang sudah cukup rapuh untuk menimpa ku. Rasa sakit di kaki yang berulang kali mengijak pecahan kaca dan beratnya gendonganku ,menjadi kebal.
“Kita sampai...kita sudah sampai ,”ujar ku.
Sebuah helicopter yang melihat kami mendekat dan membawa kami keluar. Bisa di bilang aku selamat dari tragedi mengerikan itu. Cowok bernama Ryan itu kini menjadi sahabat terbaik ku ,setiap minggu kami pergi ke makam Rama. Adik manis ku yang telah menyatukan kami. Yah mungkin kali ini aku bisa mulai mempercayai Ryan sebagai ganti dirimu Rama.

No comments:

Post a Comment