“Kapankah
aku bisa mulai mempercayain manusia lagi ?. Hidup ku berlangsung terlalu
sempurna, aku kaya ;pintar ;juga populer di kalangan guru dan mungkin hal itu
membuat beberapa orang mulai membenci ku. Hal yang kuanggap biasa itu ,berubah
menjadi lebih besar dari yang kuduga dan berakhir dengan 3 tahun hidupku
menjadi pusat pembullyingan orang-orang.
Saat itu aku menyadari satu hal ,aku
sendirian. Tak ada satupun yang dapat kujadikan pegangan ,perlindungan bahkan
seorang guru sekalipun. Aku yang telah lama kehilangan figur orang tua ,tak
lagi mengenal emosi. Bahkan menangis yang sudah menjadi hal maklum bagi seorang
gadis seperti ku pun tak bisa ku mengerti ,yang muncul hanya lah apa kan ada
yang akan mendengar tangisan ini.”
“Hei Rena kau nulis apa sih ?”tanya Rama penasaran.
Saudara kembarku satu ini memang cukup menjengkelkan ,sepertinya sudah menjadi
agenda hariannya mengganggu ku. Halah aku terbiasa dengan sifat keingin
tahuannya yang besar dan kunjung membuat ku ingin memukulnya.
“Kau ngapain disini sih ?,Aku muak melihat wajahmu
itu,”omel ku sambil menutup file rahasia yang menjadi satu-satunya pencurahan
emosi.
“Yah kau jahat amat sih sama adek mu yang manis ini ,aku
Cuma khawatir kalo kakak ku yang cantik ini di godain sama cowok brandalan,”jawab
Rama sambil meneguk kopi ku.
“Memang ada cowok normal yang mau sama Otaku (penyuka
anime, game dan komik)kayak aku ?Kalau ngasih alasan itu yang logis dong.”Aku
menyambar kopiku dan meneguknya hingga habis, lalu segera beranjak meninggalkan
adik cowok kembarku itu.
“Rena masa segitu aja marah ,tungguin aku.”
Tiba –tiba sebuah getaran hebat membuat ku terjatuh
kelantai ,saat itu terdengar pula suara ledakan dasyat mengawali nya. Bangunan
mall terasa siap menjadi kepingan dan menghantam kami di dalamnya yang
berteriak penuh bingung dan ketakutan. Fikiranku kosong ,hanya gemuruh ratakan
bangunan yang menjadi nada ke kacauan itu. Getaran mulai mereda ,aku menggapai
tangan Rama dan membawanya di sampingku.
“A..apa itu tadi ?,”tanya Rama ketakutan ,terlihat dari
genggaman tangannya yang semangkin erat.
“Ntahlah ,gempa kali kan emang lagi sering gempa kan
?,”jawabku sekenanya.
Ntah mengapa Rama melepaskan genggamannya, dan mulai
bergerak berkeliling seperti sedang mencari sesuatu. Lalu dia mulai menyingkirkan
sebuah lemari yang nampaknya menimpa seseorang, seorang itu bersusah payah
keluar dari sana sambil terus mengerang kesakitan. Aku yang memang seorang
introvet ,hanya menatap dingin tak perduli kearahnya. Lagi pula untuk apa aku
menyelamatkan orang yang tidak aku kenal.
“Kau gak apa-apa ?,”tanya Rama khawatir. Orang itu
menoleh dan menggeleng tegas ,dia
merapatkan jaketnya dan bersandar di kaki sofa cafe.
“Baguslah kalau kau gak apa-apa, aku akan carikan obat
untuk lukamu. Rena kau mau ikut ?”
“Enggak, ngapain bersusah payah buat orang yang gak
dikenal sih. Gak ada kerjaan banget,”ujar ku ketus. Rama gak menjawab dan hanya
mengisaratkan minta maaf ke cowok itu lalu segera pergi meninggalkan kami.
“Hei kau ,asal tahu aja yah Rama itu bukan orang yang
menggambil keuntungan dari orang yang terluka dengan berbuat baik, jadi gak
udah kau pasang muka waspadamu itu,”ujarku.
Cowok itu menatapku ,menampilkan warna matanya yang
kecoklatan nyaris merah dengan rambut pirang dan kulit putih kemerahan yang
nampak tak cocok dengan tampang indonya. Dia tersenyum menyeringai dan tertawa
pelan. “Ku kira cewek introvent sepertimu tidak bisa berkata gahar kayak
begitu.”
“ Hah ?,itu ejekan kan ?. Ternyata cowok aneh kayak kamu
bisa juga ngomong tajam begitu,”balas ku dengan senyuman sinis andalan yang
anehnya malah membuat dia tertawa semangkin keras dan membuat ku otomatis
kebingungan.
“Wah udah akrab nih ?”sapa Rama yang sudah kembali
bersama obat dan 5 orang yang penuh luka. Ini bukan suatu kejutan untuk ku yang
sudah tinggal bersama Rama selama 15 tahun ,dia memiliki hobby lain selain
mengganggu ku yaitu membantu orang. Selagi dia sibuk mengobati orang lain ,aku
berkeliling mencari cara keluar dari gedung yang nampaknya sudah rapuh.
“Rama...kesini. Aku udah nemuin jalan keluar dari tempat
ini, mungkin agak berbahaya tapi setidaknya harus kita coba dari pada mati di
tempat ini ,”panggilku menuju tempat yang cukup sepi.
“Wah yang bener Ren, kita harus kabarin orang-orang nih
,”ujarnya bersemangat sambil beranjak mengabarkan berita baik ini. Sebelum itu
aku menarik tangannya dan berbicara tegas . “Cukup Rama, aku muak dengan ke
baikan mu itu. Kita aja belum tentu selamat ,bagaimana caranya kita bisa
menjamin keselamatan mereka.“
Rama melepaskan tangan ku dan tersenyum sendu,”Maaf Ren
aku gak bisa nurutin kamu kali ini, aku ingin keluar bersama mereka.”Dia
berbalik dan meninggalkan ku sendiri.
“Ram....rama.......aku ingin kita selamat ram....rama
dengerin aku....”Aku menarik nafas dan memutuskan hal yang mungkin akan
kusesali suatu saat,”Oke...oke aku ikut kemauan kamu, tapi jangan pernah
nyalahin aku kalo hal buruk nanti terjadi.”
Cowok itu berbalik dan memberikan senyuman terbaiknya
seraya memeluk ku dalam-dalam. “Makasih kakak.”Dengan semangat dia memberitahukan
rencanaku yang di balas dengan ke girangan orang-orang itu.
Setelah mengumpulkan berbagai persedian berupa makanan
atau obat-obatan dari berbagai konter
yang ada di sana ,perjalanan kami dimulai. Aku yang ntah mengapa di pilih
sebagai ketua ,sebisa mungkin mencari jalan aman sampai kami bisa memncapai
jembatan di mall ini menuju mall sebrang yang tidak hancur. Aneh, ntah kenapa
aku yang introvent merasa nyaman melakukan hal ini yang jelas bukan kebiasaan
ku.
“Hmm sepertinya ini tempat yang lumayan aman untuk
istirahat, kita bisa tidur disini sebentar,”ujarku sambil melepaskan tas berat
yang rasanya membuat ku lelah. Tanpa kusadari seorang wanita dan anaknya datang
mendekatiku dan memeluk ku erat.
“Terimakasih menolong kami ,aku tak tau apa jadinya jika
kau tak ada,”ucapnya sambil di iyakan oleh yang lain.
Memang apa yang kulakukan ,bukannya aku hanya
menuruti Rama agar kami selamat. Cewek egois seperti ku ,gak layak untuk
mendapatkan penghargaan bagai pahlawan seperti ini. Tapi kenapa perasaan aneh
ini muncul ,aku ingin mereka selamat.
Tiba-tiba
ledakan beserta guncangan hebat itu kembali muncul ,kali ini meruntuhkan
beberapa puing gedung. Orang-orang yang tertidur langsung terbangun dan menyelamatkan
diri mereka sendiri. Beberapa saat kemudian getaran itu berhenti, aku bangkit
dan melihat pemandangan naas sekitar. Orang-orang yang baru saja tersenyum pada
ku dan menggantungkan kehidupannya pada ku tergeletak bersimbah darah disana.
Aku bingung, fikiranku kacau. Yang kutau ,aku harus mencari Rama ,aku harus
menemukannya. Kalau dia menghilang aku...aku...siapa lagi yang bisa ku percaya
?
“Rama......rama.....kau
dimana? Rama.....kau dimana.....”hanya kata-kata itu yang terpatri jelas di
otakku ,berulang-ulang bagaikan kaset rusak. Walau tanganku rasanya mulai lelah
mengorek-ngorek puing-puing itu, hanya itu yang bisa terfikir untuk ku lakukan.
Rama ,aku harus menemukanmu.
“Tenanglah
....tenanglah dia pasti selamat,”ujar seseorang menenangkanku. Dia adalah cowok
aneh itu ,yang menatap ku penuh iba sambil menggenggam kedua tanganku yang
penuh luka.
“Lepaskan aku ,aku gak butuh rasa prihatin mu itu. Aku harus menemukan Rama ,dia itu lemah ,aku harus melindunginya. “
“Lepaskan aku ,aku gak butuh rasa prihatin mu itu. Aku harus menemukan Rama ,dia itu lemah ,aku harus melindunginya. “
Dia
tetap tak menjawab atau bahkan melepaskan tangan ku ,masih dengan tatapn ibanya
dia menarik ku ke suatu sisi gedung. Seseorang terbujur kaku di sana ,mersimbah
darah segar yang terus keluar. Baju yang dia kenakan mengingatkan ku akan
seseorang yang tak asing lagi.
“Ahahah
bohong ini bukan Rama kan, gak mungkin dia semudah itu mati. Aku harus mencari
Rama, dia pasti sangat ketakutan sekarang.”Ketika aku mulai beranjak pergi
,lelaki itu menarikku dan memelukku erat. Berulang kali dia berbisik dalam
tangisan.
“Sudahlah Rena....sudahlah.....relakan kepergian nya.”
“Sudahlah Rena....sudahlah.....relakan kepergian nya.”
“Kamu
ngomong apa sih ,Rama itu belum mati. Dia itu gak mungkin mati. Dia itu .......
gak mungkin ninggalin aku sendirian huu...huuu..”Tangis ku meledak seketika
,air mata yang hampir kulupakan keluar menyeruak dengan derasnya. Aku sadar
suatu saat ini mungkin terjadi , tapi sampai sekarang aku belum bisa
mengatasinya,rasa sakit dari kehilangan. Berulang kali aku berbohong agar rasa
sakit yang kutakutkan itu tidak datang. Siapa yang bisa ku percaya ,ketika
semua orang yang berarti mulai menghilang ?
Pagi
mulai datang ,memberikan harapan kehidupan
bagi orang-orang yang masih bertahan. Aku dan orang-orang itu mulai
berkemas menuju jembatan penghubung yang berada di dekat kami.
“Kalian duluan saja menyebrang ,ada yang harus ku lakukan,”printah ku sambil beranjak meninggalkan mereka yang mulai menyebrang. Aku berhenti berlari tepat di samping tubuh Rama, aku selonjorkan tubuh ku senyaman mungkin dan menggenggam tangannya yang dingin.
“Kalian duluan saja menyebrang ,ada yang harus ku lakukan,”printah ku sambil beranjak meninggalkan mereka yang mulai menyebrang. Aku berhenti berlari tepat di samping tubuh Rama, aku selonjorkan tubuh ku senyaman mungkin dan menggenggam tangannya yang dingin.
“Rama
tugas ku udah selesai loh ,aku yakin mereka bisa sampai dengan selamat. Huh
dasar kamu itu selalu nyusahin aku yah ,gak masih hidup gak udah meninggal sama
aja ahaha. “ Aku behenti tertawa ,terasa rasa sakit yang sama seperti saat itu.
“Hei
mungkin kau marah kalo aku melakukan ini ,tapi apa gunanya kalo aku hidup
sendiri ? Dasar adik bodoh, kau tau kan aku ini gak bisa hidup tanpa mu
huu...huuu”
“Ternyata
benar kau di sini.” Tiba-tiba sebuah suara menyapa ku ,si cowok aneh itu
tersenyum ke arah ku dan beranjak duduk di hadapanku.
“
Ngapain kau ke sini ,mengganggu sekali. Jangan-jangan kau ingin mencegahku.”
“Untuk
apa ?,gak ada untungnya tuh. Aku malah ingin bergabung kok ,dan kayaknya masih
ada tempat untukku.”Aku hanya tertawa melihatnya ,ada juga cowok segila ini
yang minta izin untuk hal gak berguna.
“Ku
beri tahu yah ,kejadian ini adalah sebuah permainan loh. Baru-baru ini aku
dengar ada seseorang yang mengirimkan pemberitahuan pada polisi untuk membom
mall ini. Kalau menurut perhitungan ku ,dia memasang bom di berbagai tempat dan
menyalakannya 12 jam sekali. Dan sepertinya satu jam lagi akan dia nyalakan ,
kau gak takut.”
“Untuk
apa aku takut ,toh gak ada yang sedih jika anak yatim piatu sepertiku
mati,”ujarnya dingin. Aku hanya dapat mendekat kearahnya dam mengenggam
tangannya, beharap keberanian ku bisa masuk padanya.
Aku
mungkin memang sudah gila ,walau tadi aku berniat menyerah kali ini aku berlari
sekuat tenaga menuju jembatan yang kuharap masih ada. Lelaki aneh yang ku
gandeng itu pun kebingungan ,terlihat jelas di wajahnya.
“Aku
gak berniat mati sebelum kamu bahagia ,itu tujuan ku sekarang,”ujar ku menjawab
kebingungannya. Hal itu memang seenaknya ,tapi bukankah dengan tujuan kita
dapat di berikan semangat tambahan.
Aku
sungguh terpukul melihat jembatan yang sudah runtuh, tanpa kehilangan akal aku
kembali berlari ke arah atap. Mungkin masih ada harapan di sana. Ketika dalam ke
kalutan itu ,cowok aneh itu terjatuh sambil meringis kesakitan.
“
Akh....aaah...sakit...kepalaku sakit”
“Ja...jangan-jangan
terbentur atau pendarahan otak. Ukh....sial .”tanpa perduli apapun aku
menggendong cowok itu yang mungkin lebih berat dari ku. Ini bukan saat nya
mengeluh, aku harus menyelamatkannya. Berpacu dengan waktu ,menaiki tangga yang
sudah cukup rapuh untuk menimpa ku. Rasa sakit di kaki yang berulang kali
mengijak pecahan kaca dan beratnya gendonganku ,menjadi kebal.
“Kita
sampai...kita sudah sampai ,”ujar ku.
Sebuah
helicopter yang melihat kami mendekat dan membawa kami keluar. Bisa di bilang
aku selamat dari tragedi mengerikan itu. Cowok bernama Ryan itu kini menjadi
sahabat terbaik ku ,setiap minggu kami pergi ke makam Rama. Adik manis ku yang
telah menyatukan kami. Yah mungkin kali ini aku bisa mulai mempercayai Ryan
sebagai ganti dirimu Rama.
No comments:
Post a Comment